Thursday 3 March 2011

Masyarakat Arab Sebelum Kedatangan Islam

Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah, sebelum Islam masuk ke Jazirah Arab, di daerah tersebut sudah muncul berbagai kebudayaan yang telah dipelopori oleh orang-orang arab jahiliah. Sebelum datang agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam kepercayaan, adat istiadat dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadi agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam.

Agama Dan Kepercayaan

Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa yang telah mendapat petunjuk. Mereka mengikuti agama Nabi Ibrahim, setelah Nabi Ibrahim melarikan diri dari kaumnya yang hendak membakarnya dengan api, kerana beliau mengingkari dan melawan dewa-dewa yang mereka agungkan. Tetapi setelah mengikuti agama Nabi Ibrahim,mereka kembali lagi menyembah berhala. Berhala itu mereka buat dari batu dan ditegakkan di Ka’bah. Dengan demikian bercampuraduklah agama Nabi Ibrahim dengan kepercayaan watsani (penyembah berhala), dan hampir-hampir kepercayaan watsani itu dapat mengalahkan agama Nabi Ibrahim, atau benar-benar agama Nabi Ibrahim telah kalah oleh kepercayaan watsani.

Pada dasarnya bangsa Arab pra-Islam telah percaya kepada Allah SWT sebagai pencipta. Hal itu dapat dibuktikan dari keterangan yang dijelaskan oleh Allah didalam surah Luqman, ayat 25. Firman Allah SWT:

"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka; "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah." Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

Dan juga keterangan yang terdapat dalam surah al-Ankabut, ayat 63. Firman Allah SWT:

"Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya)."

Masyarakat Arab pada waktu itu terpecah menjadi dua kelompok.Pertama, adalah mereka yang masih taat dalam ajaran agama tauhid, terutama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di Jazirah Arab. Mereka inilah yang disebut sebagai penganut agama hanif sebagaimana yang telah diterangkan pada surah Ali Imran, ayat 67.

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." Yang dimaksud lurus disini bererti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah SWT) dan jauh dari kesesatan.

Kedua, adalah mereka yang melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap agama tauhid dengan menyekutukan Allah SWT. Sebagaimana keterangan dalam surah al-Zumar, ayat ke-3.

"Ingatlah,hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya."Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar."

Mereka menyekutukan Allah SWT dengan menyembah patung dan berhala. Mereka berkata; "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Dan kelompok kedua inilah sebagai kelompok yang banyak pengikutnya pada waktu itu.

Dari Agama Nabi Ibrahim Ke Kepercayaan Watsani

Ibnu Ishaq berkata bahawa orang yang pertama kali mengubah agama Nabi Ismail AS dan beralih menyembah berhala adalah 'Amr bin Luhai. Hal itu sebagaimana keterangan dari Rasulullah SAW ketika berkata kepada Uktsum bin al-Jaun al-Khuza'i. Bersabda Rasulullah SAW;

"Wahai Uktsum, Aku melihat 'Amr bin Luhai menarik tongkatnya di neraka. Aku tidak melihat seorang lelaki yang lebih mirip dengannya daripada kamu." Uktsum berkata: "Apakah kemiripanku dengannya dapat membahayakanku wahai Rasulullah?" Maka Rasulullah bersabda: "Tidak, engkau mukmin, sedangkan dia kafir. Dia adalah orang yang pertama kali mengubah agama Nabi Ismail AS, kemudian membangunkan berhala."

Ibnu Hisyam berkata bahawa 'Amr bin Luhai pada suatu hari keluar dari Makkah menuju Syam. Ketika sampai di kota Ma'ab yang termasuk dalam kawasan Balqa' yang dikuasai oleh kaum Amaliq (mereka adalah keturunan 'Imlaq atau yang dikenal dengan sebutan 'Imliq bin Lawud bin Sam bin Nuh), ia melihat penduduk 'Amaliq menyembah berhala. Kemudian ia berkata kepada mereka: "Berhala apa yang kalian sembah?" Mereka berkata: "Berhala-berhala yang kami sembah inilah, ketika kami meminta hujan, maka dia memberi kami hujan dan ketika kami meminta pertolongan kepada mereka, maka mereka menolong kami." Lalu 'Amr bin Luhai berkata kepada

mereka: "Adakah kalian boleh memberi aku satu berhala di antara mereka, agar aku bisa melanjutkan perjalannku ke tanah Arab, agar orang-orang menyembah berhala?" Kemudian mereka memberi 'Amr bin Luhai satu berhala yang bernama Hubal. Ketika ia sampai di Makkah, ia memasang berhala itu dan memerintah orang- orang untuk menyembah dan mengagungkannya.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu diantaranya ialah ketika mereka meninggalkan kota Makkah, mereka selalu membawa sebuah batu. Mereka mengambil batu-batu yang ada di sekitar Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Ka'bah itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah. Kemudian ketika mereka telah menetap di suatu wilayah tertentu mereka meletakkan batu-batu itu kemudian melakukan thawaf mengelilingi batu-batu itu seperti ketika mereka mengelilingi Ka'bah. Dengan demikian jelaslah sudah betapa agama Nabi Ibrahim telah bercampuraduk dengan kepecayaan Watsani.


Berhala-Berhala Yang Disembah Orang-Orang Arab.

Di antara berhala-berhala terpenting yang disembah oleh bangsa Arab, ialah:

Hubal;

Hubal ini diperbuat dari batu akik berwarna merah, berbentuk manusia. Iaitu dewa mereka yang terbesar. Dia diletakkan di Ka’bah. Menurut Ibnu Ishaq, Hubal adalah berhala yang diambil orang-orang Quraisy dari sumur yang berada di dalam Ka'bah.

Al-Lata;

Tempatnya di Thaif. Menurut Tsaqif (penduduk Thaif), al-Lata ini adalah berhala yang paling tua.

Al ‘Uzza;

Tempatnya di Hejaz. Kedudukannya sesudah Hubal.

Manah;

Tempatnya berdekatan kota Madinah. Manah ini dimuliakan oleh penduduk Yatsrib.

Untuk mendekatkan diri kepada berhala-berhala itu, orang-orang Arab mempersembahkan korban-korban dari binatang ternak. Bahkan pada suatu ketika pernah pula mereka mempersembahkan manusia sebagai korban kepada berhala-berhala itu.

Mereka juga biasa mengadu nasib dan melihat peruntungan kepada berhala-berhala itu. Bilamana seseorang hendak mengerjakan suatu pekerjaan yang bererti, umpamanya hendak berpergian, atau melangsungkan pernikahan, maka pergilah ia ke Ka’bah untuk bertenung dan melihat pendapat dewa-dewa mereka terhadap pekerjaan itu. Yang menjadi juru tenung ialah penjaga-penjaga Baitullah.

Di samping pemujaan kepada berhala-berhala, agama-agama ketuhanan sebenarnya pernah memasuki Jazirah Arab sebelum agama Islam datang. Seperti raja Yaman yang bernama Zu Nuas yang telah memeluk agama Yahudi. Zu Nuas menerima agama Yahudi dari orang-orang Yahudi yang berpindah ke Yaman. Selain itu, di Yatsrib, Khaibar, Wadil Qura dan lain-lain juga terdapat orang-orang yang beragama Yahudi. Mereka mungkin berasal dari Palestin, atau mereka adalah bangsa Arab yang telah memeluk agama Yahudi.

Agama Masehi juga sebenarnya pernah masuk ke Jazirah Arab, sebagaimana yang telah dianuti oleh kaum Masehi Najran yang dimusnahkan oleh Zu Nuas. Di Ghassan ada kaum Masehi, demikian pula di Yaman ketika daerah Yaman di bawah pemerintahan bangsa Habsyi. Agama Masehi datang ke Jazirah Arab melalui Syiria, Mesir dan Habsyi.

Agama Yahudi dan Masehi tidaklah tersebar secara berleluasa di tanah Arab. Hal itu disebabkan adanya diskiriminasi yang terdapat dalam agama Yahudi. Menurut bangsa Yahudi, Yahudi adalah agama dari "suatu bangsa yang pilihan". Sesungguhnya jika seorang Arab telah menganut agama Yahudi, dia tetap tidak akan mendapat hak yang sama dengan seorang Yahudi keturunan Yahuda. Oleh kerana itu bangsa Arab tidak rela untuk memeluk suatu agama yang akan menempatkannya pada suatu darjat yang hina, dibawah darjat para penyeru agama itu sendiri.

Masalah pada agama Masehi pula, agama itu telah dipenuhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang kalut, yang sukar difahami oleh bangsa Arab. Ini juga dipenuhi oleh perselisihan yang sengit, yang mengakibatkan persoalan agama itu sendiri menjadi kabur, dan menjadikan orang-orang Arab yang ingin menganut agama itu akhirnya jadi berpaling daripadanya.

Kebudayaan

Karya sastera pada zaman jahiliah menggambarkan keadaan hidup masyarakat dikala itu, dimana mereka sangat fanatik dengan kabilah atau suku mereka, sehingga syair-syair yang muncul penuh dengan kebanggaan terhadap kabilah masing-masing. Begitu juga dengan khutbah yang kebanyakan berfungsi sebagai pembangkit semangat berperang membela kabilahnya. Namun demikian karya-karya sastera pada zaman jahiliah itu, juga tidak luput dari nilai-nilai positif yang dipertahankan oleh Islam seperti hikmah dan semangat berjuang. Hampir seluruh syair-syair dan khutbah pada masa jahiliah diriwayatkan dari mulut ke mulut, kecuali yang termasuk dalam al-Mu’allaqat. Hal ini kerana masyarakat jahiliah tidak biasa dengan budaya tulis menulis.

Pada umumnya syair-syair jahiliah dimulai dengan mengenang puing-puing keruntuhan masa lalu yang telah hancur, berbicara tentang haiwan-haiwan yang mereka miliki dan menggambarkan keadaan alam tempat mereka tinggal. Beberapa kosa kata yang terdapat dalam karya-karya sastera jahiliah sulit difahami kerana sudah jarang dipakai dalam bahasa arab saat ini. Pada zaman jahiliah ini terdapat beberapa jenis Natsr, diantaranya:

1. Khutbah, iaitu serangkaian perkataan yang jelas dan mudah, yang disampaikan kepada khalayak ramai dalam rangka menjelaskan suatu perkara penting.

2. Wasiat, iaitu nasihat seorang yang akan meninggal dunia atau akan berpisah kepada seorang yang dicintainya dalam rangka permohonan untuk mengerjakan sesuatu. Wasiat memiliki banyak persamaan dengan khutbah hanya saja umumnya wasiat lebih ringkas.

3. Hikmah, iaitu kalimat ringkas, menyentuh yang bersumber dari pengalaman hidup yang dalam. Didalamnya terdapat buah fikiran yang mudah difahami dan nasihat yang bermanfaat.

4. Matsal, iaitu kalimat singkat yang diucapkan pada keadaan atau peristiwa tertentu yang digunakan untuk menyerupakan keadaan atau peristiwa tertentu dengan keadaan atau peristiwa asal di mana matsal tersebut diucapkan.

5. Syair.

6. Al-Mu'allaqat, iaitu qasidah panjang nan indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebahagian al-Mu’allaqat ini diabadikan dan dilekatkan di dinding-dinding Ka’bah pada masa Jahiliah. Dinamakan dengan al-Mu’allaqat (Kalung) kerana indahnya syair-syair tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan pada seorang wanita.

Sekian..

0 comments:

Post a Comment

Berita Harian Online

Utusan Malaysia Online

 

{ Laman Pilihan Hati }

{ Laman Jauharah }

{ Laman Tazkirah }

{ Laman Hidayah Islam }

{ Laman Remaja Islam }

{ Laman Rujukan Hati }

{ Laman Terkini }

{ Laman Tazkiyyah }

{ Laman Pengetahuan }

{ Laman Mahasiswa}